bagipara mahasiswa, pengusaha di bidang garment, para ahli tekstil, dan praktisi industri garment yang ingin mendalami masalah pengendalian mutu dan penjaminan mutu produk industri garment secara umum. Titik Perawatan Mesin Jahit Manual 98. Gambar 24. Mengukur Waktu Proses Menjahit 102 Aplikasiyang digunakan untuk dekorasi dalam garmen, mempunyai beragam nama sesuai dengan bahan yang digunakan, anatara lain nailheats, rhinestones dan swarovski crystals. Tidak seperti mesin-mesin produksi di industri lainnya yang harganya bisa mencapai ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah, seseorang bisa membeli mesin jahit Akantetapi mesin jahit yang digunakan oleh Dg.Ewa saat ini adalah mesin jahit yang dimodifikasi dengan menggunakan dynamo injak untuk menggerakkan mesin. Keselamatan Kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur 2001 Danmesin jahit yang sering digunakan oleh para produsen tas di Indonesia diantaranya : Mesin jahit Singer Mesin jahit mulai diproduksi secara massal. IM Singer & Co diproduksi 2.564 mesin pada tahun 1856, dan 13.000 pada tahun 1860 di pabrik baru di Mott Street, New York. Kemudian, tanaman besar dibangun di dekat Elizabeth, New Jersey. Vay Tiền Nhanh Chỉ CαΊ§n Cmnd Nợ XαΊ₯u. LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PKL PT DELAPAN JAYA PERKASA GARMEN Disusun sebagai laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan PKL peserta didik di Dunia Usaha, Dunia Industri dan Dunia Kerja DUDIKA LOGO Disusun oleh NAMA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMK NEGERI 1 2021 LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL pada PT DELAPAN JAYA PERKASA GARMEN, Sragen yang disusun oleh Nama - Almanda Naura Salsabila - Anggun Novitasary - Anisa Windari NISN - 0035459028 - 0040311601 - 0027106628 Kompetensi Keahlian Tata Busana Telah disetujui dan disahkan pada hari Senin Tanggal 3 Januari 2022 Disetujui oleh Pembimbing Dunia Kerja Pembimbing Sekolah JUMALI Ayu. P. Ika Indriyani, S. Pd. Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Kompetensi Keahlian Ketua Pokja PKL Ayu P. Ika Indriyani, S. Pd Suparmin, NIP. 19740101 202121 1 007 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, kita dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL ini. Penulisan Laporan PKL ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan nilai Praktik Kerja Lapangan PKL,kita menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis megucapkan terima kasih kepada 1. Ibu Dra. Hendrina Widiastuty, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Gesi. 2. Bapak Alan Koeshendro selaku Ketua Pimpinan PT. Delapan Jaya Perkasa Garmen. 3. Pembimbing PKL di PT Delapan Jaya Perkasa Garmen. 4. Ibu Ayu. P. Ika Indriyani, S. Pd. selaku Ketua Kompetensi Keahlian Tata Busana di SMK NEGERI 1 Gesi dan Guru Pembimbing PKL. 5. Bapak Suparmin selaku ketua Pokja PKL. 6. Orang tua kami 7. Seluruh karyawan Dunia Kerja 8. Bapak Ibu Guru SMKN 1 Gesi 9. Semua pihak yang membantu terselesainya laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga Laporan PKL ini membawa manfaat. Sragen, 2022 Penyusun DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR.............................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1 A. Tujuan PKL ............................................................................ 1 B. Tujuan Penyusunan Laporan.................................................. 1 BAB II PROFIL DUDIKA ...................................................................... 2 A. Sejarah Berdirinya................................................................. 2 B. Lokasi Perusahaan................................................................ 3 C. Pimpinan Dan Organisasi...................................................... 3 BAB III PROSES DAN HASIL BELAJAR DI DUDIKA......................... 4 A. Waktu pelaksanaan PKL......................................................... 4 B. Deskripsi kegiatan.................................................................... 4 C. Keterkaitan materi................................................................... 8 D. Manfaat PKL........................................................................... 10 E. Kendala yang dihadapi............................................................ 10 BAB IV PENUTUP................................................................................. 11 A. Kesimpulan.............................................................................. 11 B. Saran....................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar Logo Perusahaan............................................................... 2 Gambar Denah Lokasi Perusahaan................................................ 3 Gambar Struktur organisasi perusahaan......................................... 3 Gambar Membuat pola.................................................................... 4 Gambar Pembuangan Benang........................................................ 5 Gambar Mengobras......................................................................... 6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Biodata Peserta Didik. Lampiran 2 Rekapitulasi Kehadiran. Lampiran 3 Jurnal kegiatan PKL Secara Berkala. Lampiran 4 foto kegiatan tsb. BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan PKL ΓƒΛœ Memperkenalkan dunia usaha, serta melatih kedisiplinan. ΓƒΛœ Melatih rasa tanggungjawab atas pekerjaannya ΓƒΛœ Menumbuh kembangkan sikap profesional yang dibutuhkan siswa dalam memasuki lapangan dunia kerja nantinya. ΓƒΛœ Meningkatkan pengetahuan pada aspek-aspek industri yang professional dalam lapangan kerja. ΓƒΛœ Memperluas pandangan siswa terhadap jenis kerja yang ada di bidang bersangkutan atau tempat praktek dengan segala persyaratannya. ΓƒΛœ Berusaha keras dengan ketepatan dan kecepatan guna mencapai standar perusahaan atau industri. ΓƒΛœ Memberi peluang masuk atau penempatan bagi tamatan dan kerjasama dengan tempat prakerin. ΓƒΛœ Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan bagi siswa sebagai bekal dalam memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. B. Tujuan Penyusunan Laporan ΓƒΛœ Dapat menyusun laporan tentang kegiatan yang dapat dilaksanakan selama mengikuti PRAKERIN. ΓƒΛœ Untuk melatih siswa dalam menyusun karya tulis dalam bentuk paper. ΓƒΛœ Dapat membekali siswa dengan pengalaman dalam pembuatan menyusun sebuah laporan. ΓƒΛœ Untuk membina siswa bagaimana mengutarakan suatu pendapat dengan belajar menulis laporan dengan melihat keadaan. BAB II PROFIL DUDIKA A. Sejarah singkat DU/DI PT ini berdiri sejak tahun 1977 di pasar Klewer ,solo . Pada tahun 1977 Di buka di pasar Klewer Solo menjual berbagai macam produk tekstil bertepatan di LOS A1 no 8 oleh khoshendro . Pada tahun 1977-2015 Toko tekstil Delapan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga berkembang menjadi 11 kios di klewer dan sebuah toko pusat di ,Solo . Pada tahun 2016 Delapan Prima Garmindo saat itu belum berbadan hukum bernama Delapan Jaya Garmindo didirikan pada tahun 2016 . bertempat di bangunan milik Toko Tekstil Delapan di ketandan ,Solo . Pada tahun 2017 Tercipta PT Delapan Jaya Garmindo pada tahun 2017 ,sebuah perusahaan manufaktur pakaian jadi yang mengerjakan order order lokal di kota Sragen .PT DJP memiliki 3 line hingga akhir tahun 2017 . Pada Tahun 2018 . Pada tahun 2018, membangun pabrik baru di tanah seluas meter persegi di Pilangsari, Sragen dan mendirikan PT Delapan Jaya Perkasa Garmen. Sebuah pabrik manufaktur pakaian jadi dengan standard export. Pada tahun 2019 Melakukan pengembangan di tahun 2019 dengan melakukan perluasan lahan seluas meter persegi di sebelah pabrik PT Delapan Jaya Perkasa Garmen. Pada tahun 2020/2021 . PT DJP masih bertahan sampai saat ini . Gambar Logo Perusahaan B. Lokasi Jl. Jaka Tingkir, Bendungan, Pilangsari, Ngrampal, Sragen 57252 Telp 0271 8851770 Fax 0271 8852031. Gambar Denah Lokasi Perusahaan C. Struktur Organisasi PT. Delapan Jaya Perkasa Garmen. ΓƒΛœ DIREKTUR. ALAN KOESHENDRO. ΓƒΛœ FACTORY GM. VACANT. ΓƒΛœ FACTORY MANAGER VACANT. ΓƒΛœ ACCTG & FINANCE. ANITTA CICILIA. ΓƒΛœ MARKETING SRI WINARTI. ΓƒΛœ HRD SUMALI. ΓƒΛœ CUTTING DANI. ΓƒΛœ PRODUKSI PAINO Gambar Struktur organisasi perusahaan. BAB III PROSES DAN HASIL BELAJAR DI DUDIKA A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang penulis lakukan di PT. DELAPAN JAYA PERKASA GARMEN yaitu dilakukan selama 3 bulan dari tanggal 22 Oktober 2021 hingga 30 Desember 2021. B. Deskripsi kegiatan Selama prakerin kami dibagi dan diajarkan berbagai pekerjaan yang ada di Pt tersebut dan dan saya mendapat di bagian seperti v Helper Helper sendiri merupakan sebuah pekerjaan yang sifatnya membantu proses sebuah produksi di dalam dan di luar line untuk kelancaran produksi. Misalnya membantu menggunting sambungan hasil obrasan, menyetrika lapisan ban pinggang, membuat pola di bagian ban pinggang dan menggaris lurus bagian pinggir kanan kiri saku celana, memberikan tanda untuk dijahit,memotong benang ,melubangi kantong paspol dll , pekerjaan nya selalu menyesuaikan kebutuhan Untuk style garment yang sedang di produksi. Gambar Membuat pola. v Pembuangan benang.trimming and sortir Bagian triming bertugas mebersihkan pakaian dari sisa-sisa benang hasil proses penjahitan. Bagian ini dilakukan oleh beberapa karyawan yang memerlukan ketelitian dalam pembuangan benang. Gambar Pembuangan Benang. v QC Quality control Qc adalah bagian mengecek dan memisahkan dengan teliti suatu barang yang sudah di jahit mana Yang berkualitas baik dan berkualitas buruk. Jika berkualitas baik maka akan langsung diberikan kepada finishing untuk dipeking dan dan jika ada berkualitas buruk atau kecacatan seperti robek, bolong, jeblos, loncat, serat pada barang, kotor, oil, seding warna tidak sama akan dikasihkan kepada sewing untuk diperbaiki bila memang bisa dan dikembalikan kembali kepada QC agar dicek ulang untuk mendapatkan target lagi. v Mencari sempel Mencari sempel yaitu mengecek barang yang bener bener berkualitas baik dari setiap size yang dibutuhkan. Mengecek dari segi bahannya yang tidak terkena oil maupun kotor, jahitannya benar - benar rapi dan sanggit satu sama lain, bartek pas dengan bagianya dan tempatnya, tidak ada benang - benang panjang pada barang dan bersih dari numbering stiker angka. v Rimbas Rimbas yaitu memotong bagian kain yang kelebihan atau tidak digunakan dan merapikan agar terlihat rapi agar bisa mendapatkan kualitas yang bagus dan saya merimbas dibagian pergelangan kaki celana panjang yang sudah dijahit. v Obras pundak Obras pundak yaitu penggabunga antara badan depan dan belakang pada hoodie dengan cara diobras terlebih dahulu. Gambar Mengobras. v Taking bisban Taking bisban penggabungan antara ban untu memudahkan saat akan di piyus. v Jaket plaket Jaket plaket adalah penjahitan pada pinggiran bagian depan untuk penempatan kancing baju dan lobang kancing. v Menjahit sticker champion Menggabungkan sticker yang sudah di pres di bagian bawah lengan . v Menjahit ban Menjahit ban berfungsi untuk mengapit garis pinggang sehingga rok /celana terlihat lebih rapi . v Menjahit label Label berfungsi sebagai tanda pemberi informasi tentang cara pencucian ,dan negara asal. v Menggambar saku Menggambar saku yaitu sebagai tanda untuk memudahkan penjahit dalam menjahit saku tersebut . v Menggambar ban pinggang Menggambar ban pinggang adalah sebagai tanda dan jarak dengan ukuran standar agar penjahit mudah dalam menggabungkan nya . v Menggambar pks Menggambar pks pada saku untuk memudahkan penjahit menjahit saku celana ataupun baju. C. Keterkaitan Materi. ΓƒΛœ Mengobras Jahit obras merupakan salah satu jenis jahitan yang biasa di pakai untuk mengikat pinggiran kain agar benang benang tidak terlepas .meski letak jahitan obras pada pakaian bisa dibilang tersembunyi tapi tetap saja jahitan obras memiliki peranan penting dalam mendukung keindahan dan kekuatan jahitan . ΓƒΛœ Menjahit Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang, pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang. Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. Orang yang bekerja menjahit pakaian disebut penjahit. Penjahit pakaian pria disebut tailor, sedangkan penjahit pakaian wanita disebut modiste. Pendidikan menjahit dapat diperoleh di kursus menjahit atau sekolah model. Produk jahit-menjahit dapat berupa pakaian, tirai, kasur, seprai, taplak, kain pelapis mebel, dan kain pelapis jok. Benda-benda lain yang dijahit misalnya layar, bendera, tenda, sepatu, tas, dan sampul buku. Di industri garmen, menjahit sebagian besar dilakukan memakai mesin jahit. Di rumah, orang menjahit memakai jarum tangan atau mesin jahit. Pekerjaan ringan yang melibatkan jahit-menjahit di rumah misalnya membetulkan jahitan yang terlepas, menisik pakaian, atau memasang kancing yang terlepas. Sebagai seni kriya, orang menjahit untuk membuat saputangan, serbet, bordir, hingga boneka isi dan kerajinan perca. ΓƒΛœ Menyetrika Setrika dari bahasa Belanda strijkijzer adalah cara menghilangkan kerutan dari pakaian dengan alat yang dipanaskan. Alat yang biasanya digunakan untuk hal ini juga disebut "setrika". Biasanya pakaian yang baru dicuci harus disetrika agar kembali mulus. Hal ini terjadi karena ketika molekul-molekul polimer dalam serat pakaian dipanaskan, serat-serat tersebut diluruskan karena beban dari setrika. Setelah dingin, pakaian mempertahankan bentuk lurus ini. Beberapa bahan pakaian perlu diberi air untuk melonggarkan ikatan antar molekul. Saat ini terdapat banyak bahan pakaian dari polimer sintetis yang dipromosikan sebagai bahan yang tidak perlu kuno dibuat dari besi yang diisi arang membara. Saat ini setrika kebanyakan dibuat dari aluminium dan baja tahan karat, dengan sumber panas dari listrik. Di dalam setrika terdapat thermostat yang mengendalikan suhu. Selain itu beberapa setrika modern juga dapat mengubah air menjadi uap air untuk membasahi pakaian. Setrika panas yang sedang tidak digunakan harus diletakkan tegak lurus sehingga tidak membakar permukaan di bawahnya dan menyebabkan setrika portable yang bentuknya kecil untuk menyetrika dasi atau untuk dibawa bepergian. ΓƒΛœ Membuang benang Buang benang atau Pemangkasan benang adalah salah satu proses umum dalam pembuatan pakaian di industri benang dari garmen yang dijahit sebelum finishing garmen adalah proses yang tidak bernilai tambah tetapi tidak dapat dihindari sehingga wajib di hal ini Diperlukan Helper untuk dipekerjakan sebagai pemotong benang di pabrik garmen. D. Manfaat PKL Adanya manfaat Praktek Kerja Industri antara lain Menambah wawasan pada siswa/siswi. Membina hubungan kerja sama yang baik antar pihak sekolah dengan perusahaan atau lembaga instansi lainnya. Mendapatkan pengalaman / bekal pada saat kerja nanti Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar pihak sekolah dangan pihak perusahaan. E. Kendala yang dihadapi. Dalam kegiatan praktek kerja lapangan yang dilakukan secara offline banyak kendala yang di hadapi Pulang terlalu sore . Jarang dapat bagian menjahit . Polusi udara dan suara. Kurang cekatan. Belum terlalu mahir dalam menjahit atau mengecek. F. RINCIAN LAPORAN ROK 1. Alat dan Bahan v Kain 1 ΒΌ meter v Cantolan rok 1 v Resliting 1 v Kain Keras 1 v Benang 1 v Jarum pentul v Gunting v Penggaris besar v Kertas karbon v Kertas payung v Kertas roti 2. Langkah-Langkah membuat rok v Membuat Desain Sketsa, Desain Produksi 1 dan Desain Produksi 2 DESAIN SKETSA DESAIN PRODUKSI 1 DESAIN PRODUKSI 2 v Pembuatan pola pada buku pola ukuran L POLA DASAR ROK PECAH POLA ROK v Pembuatan pola pada kertas payung Gambar pola besar v Penambahan pada kertas roti v Penerapan pola dikertas roti ke kain v Pemotongan kain sesuai pola 3. Menjahit rok v Menjahit lipatan v Menjahit kupnat v Pemasangan saku v Menjahit resliting v Penggabungan badan depan dan belakang v Pemasangan ban pinggang v Pengobrasan bagian bawah v Ngesum rok v Pemasangan rok v Pembuangan cantolan benang v Pengemasan 4. Rancangan Harga Rincian Harga Nama barang Harga barang Kain Cantolan 500 Resliting 2000 Kain kertas Benang 2000 Kertas payung 2000 Kertas roti 2000 Karbon 1000 Biaya menjahit Total biaya semua Rp. 5. Rancangan Bahan 6. Hasil Jadi Rok Gambar Hasil Jadi Laporan Rok BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Praktik Kerja Lapangan PKL Merupakan wadah bagi siswa/siswi untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama didunia pendidikan..Selain itu siswa/siswi dapat mengenal lebih jauh kondisi serta gambaran dari lingkungan kerja yang nyata. Praktik Kerja Lapangan PKL ini menjadi sebuah hal yang sangat penting guna mengembangkan keterampilan,wawasan dan pengetahuan. Dan juga sebagai cara untuk lebih mematangkan dan mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL Selama 3 bulan siswa/siswi dapat belajar untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam dunia kerja sekaligus tau bagaimana cara menghadapi setiap kendala yang ada,Selain dalam pelaksanaan tugas siswa/siswi juga dituntun untuk harus bisa lebih disiplin dalam penggunaan waktu. Baik disiplin dalam kehadiran maupun disiplin dalam penyelesaian tugas. B. Saran Berdasarkan apa yang telah penulis lakukan selama 3 bulan . penulis mempunyai usulan yang di sarankan yaitu Sebaiknya bapak /ibu guru pembimbing mengejuk ke tempat PKL minimal 2 Minggu sekali atau 1 bulan sekali ,untuk mengecek apa yang di kerjakan atau di lakukan di tempat PKL Masing masing. Selain itu ada kendala tersendiri tentang kendaraan karena sebagian siswa /siswi belum memiliki SIM untuk mengendarai kendaraan sampai jauh,Untuk cara mengajar lebih baik dengan cara yang santai agar anak didik lebih paham dan mudah memahami apa yang di ajarkan . DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN GAMBAR Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Industri Garment di Indonesia merupakan salah satu industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Fungsi tangan manusia dalam industri ini belum dapat digantikan dengan kecanggihan mesin jahit jenis apapun. Mesin dalam industri ini hanya dapat dimodifikasi untuk mengefektifitaskan pekerjaan para karyawan. Macam-macam jenis mesin dalam industri ini adalah sebagai berikut;1. Mesin Jahit Jarum SatuMesin ini adalah mesin yang paling mendominasi dalam sebuah perusahaan garmen. Hal ini beralasan sebab dalam membuat produk pakaian jenis apapun pasti memiliki proses jahit menggunakan mesin jahit ini. Penggunaannya pun lebih praktis dari mesin jahit jarum satu rumahan biasa dan jauh lebih cepat serta bisa disetting otomatis putus benang. Hasil jahitanya Jarak jahitan dari garis satu dengan yang lain biasanya disebut stitching dapat disesuaikan dan dalam industri garmen biasanya wajib. Mengingat industri garmen biasanya mengarap pakaian bermerek. Rata-rata dalam satu inch terdapat 12-14 langkah benang sesuai dengan petunjuknya. Hal itu berfungsi untuk mengunci kualitas jahitan agar awet dan tak gampang sobek. Coba bandingkan dengan baju murah yang gampang sobek dibagian jahitnya, sebagian besar karena stitchingnya Mesin Jarum 2 atau double needleCara kerja mesin ini hampir mirip dengan mesin jarum satu. Perbedaanya ada pada jumlah jarum dan letak dan jumlah spoolnya. Jika pada jarum satu terdapat skoci maka jenis mesin ini skocinya menempel pada mesinnya dan sedikit memerlukan alat congkel untuk mengeluarkannya dari mesin. Tak lupa juga sesuai dengan namanya mesin ini terdapat dua jarum dan dua ilustrasi hasil jahitannya Dokpri Yup, tentu anda sering menjumpainya di jahitan bahu kaos maupun celana jenis demin alias jins kan? Anda benar. Settingan dan perhitungannya juga mirip dengan jarum Mesin ObrasMesin ini sama familiarnya dengan mesin jahit jarum satu. Fungsinya jelas untuk merapikan ujung kain serta menjahitnya dengan simpul rumit. Mesin obras dalam industri garmen juga dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain obras benang 3, benang 4 dan benang 5. Karena untuk memasang benangnya melalui celah kecil yang terkadang menjirok kedalam maka alat bantu pinset sangat membantu dalam melakukan pemasangan benang. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya Type Type Mesin Dalam Industri Garment β€œLife is study, if you don’t study you look like not life” Type Type Mesin Dalam Industri Garment perlu untuk diketahui meskipun kita bukan berprofesi sebagai mekanik. Hal ini dirasa perlu untuk dimengerti mengingat dengan mengetahui type mesin tersebut akan membantu dalam menaikkan kualitas produk yang dihasilkan. Ada banyak sekali type type mesin yang ada, dalam artikel kali ini penulis akan mengulasnya. Jenis Mesin Jenis jenis mesin mempunyai fungsi dan manfaatnya masing masing dalam proses sewing nantinya. Berikut ini adalah jenis jenis mesinnya Jarum 1 1 Needle Dry head otomatic, semi dry Head otomatic,semi aturomatic, Manual. Jarum 2 2 Needle Biasa dan Split Otomatic dan Bartacking machine Manual dan Otomatis. Button holling Manual dan Otomatis. Buton Attaching Manual dan Otomatis Over lock mesin Manual dan Otomatis Interlock / Overdeck Manual Standar 5,6 mm gauge set Zig Zag mesin Manual dan Otomatis standar 5 mm s/d 8 mm, Eyelet button holling lubang kancing mata ayam Otomatic Make Up Machine Manual Standar ΒΌ Standart Side Cutter Manual dan otomatis Adapun penjelasan mengenai jenis jenis mesin tersebut adalah sebagai berikut 1. Mesin Jahit jarum 1 single needle Mesin jahit jarum satu merupakan mesin jahit pokok yang harus dipunyai dalam dunia garment. Adapun teknologi baru yang dikembangkan pada mesin ini adalah a. Otomatis potong benang Automatic Thread trimmer Mesin single needle yang berfasilitaskan otomatis potong benang merupakan trend mesin yang dibutuhkan dunia garment saat ini. Dimana system ini menghilangkan tenaga tambahan yang dikeluarkan opearator untuk memutus benang setelah dijahit. Jadi sehabis bahan dijahit maka secara otomatis benang akan putus dan bahan bisa langsung diambil dilanjutkan dengan proses jahit yang lain. b. Control panel Control panel digunakan untuk memprogram suatu jahitan yang berada pada mesin tersebut. Control panel ini menempel diatas body mesin. Contoh program yang bisa diatur dengan control panel adalah jahitan label, otomatis jahitan kunci, menjahit terus menerus dan yang lainnya. c. Direct drive Teknologi ini memakai motor berkekuatan tinggi yang ditanam didalam body mesin. Pada mesin ini sudah tidak ditemui lagi dynamo yang berukuran relative lebih besar di bawah meja mesin jahit itu sendiri. Dengan direct drive maka getaran yang dihasilkan sangat kecil sehingga tingkat keakuratan jahitan lebih bagus. d. Dry Head Mesin ini didesain tanpa ada minyak sama sekali atau dengan sedikit minyak yang ditampung dalam botol kecil. teknologi ini dikembangkan berdasarkan kendala yang terjadi di lapangan, dengan seringnya bahan itu kotor karena terkena minyak mesin. 2. Mesin jahit jarum 2 double needle Macam macam tipe jarum dua a. Jarum dua standart Seperti namanya mesin ini akan menghasilkan jahitan dua dengan standart b. Jarum dua split Mesin ini memungkinkan untuk mengatur salah satu jarum utuk jahit / tidak. Contoh proses pada saku. c. Jarum dua rantai Mesin ini sama dengan mesin jarum dua standart tapi jahitan bawah yang dihasilkan adalah jahitan rantai. 3. Mesin obras overlock Mesin obras atau overlock ini adalah untuk jahit pengaman bahan. Mesin ada 4 tipe yaitu obras benang 3, obras benang 4, obras benang 5, dan obras benang 6. Setiap mesin mempunyai fungsi masing masing dilihat dari proses yang dijahit. Teknologi dalam mesin obras adalah a. Obras Dry head b. Obras tipe benang 6 4. Mesin bartacking Mesin bartacking digunakan untuk menjahit kunci pada akhir jahitan. Teknologi didalam mesin bartack adalah a. Computer controlled Patren dan kecepatan bartack yang diinginkan dapat diatur dengan mudah oleh control panel. b. Active tension Teknologi ini memungkinkan kita mengatur kekencangan jahitan yang berbeda didalam dua model jahitan yang berbeda pada bahan yang berbeda yang dilakukan sekaligus. c. Direct Drive Motor penggerak dengan kualitas tinggi ditanamkan langsung didalam body mesin. 5. Mesin Pasang kancing Ada 2 tipe mesin pasang kancing a. Pasang Kancing Chainstitch Model mesin lama yang masih sangat manual. Hasil jahitannya adalah jahitan rantai yang bila satu jahitan itu lepas maka akan sangat mudah kancing itu lepas dari jahitan. b. Pasang Kancing Lockstitch Model mesin terbaru yang sekarang ini menjadi trend di dunia buyer fashion dunia. Dengan jahitan lockstitch maka kualitas jahitan akan lebih tahan lama, anti copot. Model pasang kancing lockstitch pertama keluar langsung berbasic otomatis program computer. Teknologi pasang kancing computer adalah direct drive, active tension dan automatic program. 6. Mesin Lubang Kancing Mesin lubang kancing merupakan salah satu mesin special di sector produksi garment. Teknologi mesin lubang kancing JUKI adalah a. Computer controlled b. Bastingstitch system Jahitan kerangka yang bisa mempertahankan bentuk lubang kancing selalu konstan. a. Active tension Option long presser foot 120 mm Dengan presser foot 120mm maka memungkinkan untuk diprogram sekali jalan 2 lubang kancing dihasilkan. b. Lubang kancing eyeled mata ayam untuk produksi jeans, jas, dll 7. Mesin zig zag Mesin jahit yang menghasilkan jahitan zigzag. a. zigzag 2 step b. zigzag 3 step Jenis Mesin yang digunakan di Industri garmen, Opening Machine 1. Fabric Inspection 2. End cutter 3. Hand cutter 4. Mesin con benang pemecah benang, dll * Sewing Mesin a. Basic Mesin 1 1 needle jenis jahitan lockstick/chainstich 2 2 needle jenis jahitan lockstick/chainstich 3 Interlock Overdeck 4 Overlock Obras jenis jahitan chainstich b. Special Mesin Advanced machine 1 Bartacking mesin mesin penguat jahitan jenis jahitan lockstitch 2 Side Cutter menjahit langsung memotong pola Jahitan 3 Button holing lubang kancing jenis jahitan lockstitch 4 Button attaching pasang kancing jenis jahitan lockstitch /chainstich 5 Pasang karet Untuk celana pendek bahan karet jenis jahitan chainstich 6 Zig zag jenis jahitan lockstitch 7 Belt looping pasang tali sabuk pinggang jenis jahitan lockstitch 8 Lipat hemming bawah jahitan langsung melipat Bawah jenis jahitan lockstitch 9 Pocket welting bobok Knaton jenis jahitan lockstitch 10 Eyelet buttonholing lubang kancing mata ayam jenis jahitan lockstitch 11 PL Crow mesin untuk celana kargo jenis jahitan lockstitch, dll * Finishing Machine a. Iron steam Gosokan uap b. Mesin pembalik kerah c. Vacuum table Meja gosok daengan penyedot air di bawahnya meja d. Conveyor machine Mesin gantungan baju e. Tagging gun Mesin pelabelan Demikian type dan jenis mesin mesin yang sering digunakan dalam industri garment, sangat penting bagi kita untuk mengetahui segala informasi dan pengetahuan yang ada di dalamnya jika ingin menjadi pelaku bisnis garment yang handal. Untuk itu marilah belajar dan menambah wawasan dengan banyak membaca hal hal yang positif. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih atas kunjungannya, tetap di blog ini untuk mendapatkan update artikel selanjutnya^^. Modul 1 - adalah satu dari 4 modul yang disusun berkaitan dengan Laporan dari Riset Pada beberapa industri garmen di Indonesia Figures - uploaded by Mohammad Riza RadyantoAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Mohammad Riza RadyantoContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 1DAFTAR ISI BAB I Bisnis Proses Industri Garmen Hal 3 dan Merchandiser Hal 4 - Planning Hal 5 Maker Hal 5 Room Hal 5 Control Hal 6 Engineering Hal 7 Hal 7 Hal 10 Hal 11 BAB II Produktivitas di Industri Garmen Hal 14 Produktivitas Secara Umum Hal 14 di Indonesia Hal 15 Produktivitas Industri Garmen Hal 18 BAB III Manajemen Operasi dalam Perhitungan Produktivitas Hal 22 Waktu Standar – Time Study Hal 22 Manpower berdasar time Study Hal 25 Work Study di Sewing Line Hal 28 Line Balancing Hal 32 Lay Out Hal 36 Mapping Hal 37 BAB IV Pengawasan Line Produksi yang Effektif Hal 42 BAB V Teknik Perbaikan Produktivitas Hal 45 Sistem Pengukuran Kinerja Hal 45 Pelaporan Hal 46 BAB VI Manajemen Waste dengan ’Lean System’ Hal 49 Dasar Lean System Hal 49 dan Metode Lean Manufacturing Hal 51 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Alur Proses Industri Garmen Secara Keseluruhan Hal 3 Gambar 2 Alur Proses Bagian Marketing dan Merchandiser Hal 4 Gambar 3 Alur Proses Cutting dan Pendukungnya Hal 8 Gambar 4 Alur Proses Cutting Hal 9 Gambar 5 Alur Proses Sewing Hal 10 MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 2Gambar 6 Alur Proses Finishing Poses Pmbuatan Dress Hal 13 Gambar 7 Grafik Productivity Study Hal 17 Gambar 8 Operation Chart Hal 30 Gambar 9 Grafik Line Balancing Study Hal 34 Gambar 10 I – Shape Lay out Hal 36 Gambar 11 Circle Shape Lay out Hal 37 Gambar 12 Grafik Supervisory Study Hal 43 Gambar 13 Grafik Direct Manpower Study Hal 47 DAFTAR TABEL Tabel 1 Global Competitiveness Index Ranking Hal 16 Tabel 2 Time Study Analysis Hal 24 Tabel 3 Time Study for Operation Breakdown Hal 25 Tabel 4 Operation Bulletin Hal 27 Tabel 5 Contoh Activity Chart –Sewing Line Hal 29 Tabel 6 Kode Therblig Hal 30 Tabel 7 Contoh SIMO Chart Hal 31 Tabel 8 Line Balancing Study Hal 35 Tabel 9 Score Machine Skill Hal 38 Tabel 10 Operation Skill Hal 39 Tabel 11 Hasil Line Assesmen Hal 40 Tabel 12 Keterangan Supervisory Study Hal 43 Tabel 13 Data Produktivitas – pcs / person / month Hal 47 MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 3BAB I BISNIS PROSES INDUSTRI GARMEN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah membaca bab ini diharapkan anda dapat meningkatkan pengetahuan mengenai alur proses bisnis dalam industri garmen secara keseluruhan dari awal sampai akhir proses produksi. Dalam industri ini terdapat beberapa bagian penting yang saling berinteraksi satu sama lain dan terbagi dalam beberapa departemen atau bagian terpisah yang dipimpin oleh seorang kepala departemen atau manajer. Beberapa industri garmen di Indonesia ,masing - masing mempunyai istilah dan nama tersendiri sesuai dengan fungsi, ukuran dan garis besar alur proses bisnis secara keseluruhan dalam industri garmen adalah sebagai berikut Gambar 1. Alur proses industri garmen secara keseluruhan MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 4A. Marketing dan Merchandiser Bagian marketing dan merchandiser terpisah, tetapi ada juga industri garmen yang menggabungkannya ke dalam satu departemen. Seorang merchandiser mempunyai beberapa job description diantaranya - Menerima dokumen buyer dari bagian marketing berupa size specification, original sample dan fabric sample. - Membuat purchase requisition dan memo untuk melakukan order material ke bagian gudang atau store. - Melakukan counter check kesiapan material atau bahan baku mulai dari fabrics, benang dan aksesori trim, embroidery, printing, hang tag, label . - Melakukan koordinasi dengan produksi bagian cutting, sewing, finishing serta QC / QA. - Khusus industri garmen yang melakukan kerjasama dengan subcont , merchandiser melakukan follow up perhitungan YY yield yardage untuk costing, sample, tech sample, PPS dan menyiapkan request sample. Gambar 1 . Alur Proses Bagian Marketing , Merchandiser , PPIC/PPC Gambar proses marketing , merchandiser , PPC/PPIC = depend on buyer requirementBUYER SOURCING BY MARKETINGSample RoomMERCHANDISERPPIC / PPCMaking patternMaking SampleSub contGet BuyerPattern ApproveBuyerSample ApproveSend to buyerBooking OrderYesYesNoNo** MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 5B. Bagian Perencanaan - Planning Di industri garmen sering menggunakan beberapa nama atau istilah bagian diantaranya PPIC Production Planning and Inventory Control atau PPC Production Planning Control yang mempunyai job description yaitu - Membuat detail order berdasarkan informasi dari mechandiser atau marketing. - Membuat perencanaan produksi dan pengapalan shipment . - Membuat perencanaan konsumsi material, benang dan aksesori. - Merencanakan Bill of Material dan kebutuhan bahan baku. Ketika menerima order dari buyer departemen marketing melakukan hubungan dengan departemen PPIC / PPC serta merchandiser dan mengirimkan kontrak pemesanan berupa order booking plan. Setelah mendapatkan informasi tersebut bagian ini menyebutnya β€œ Detail Order β€œ atau β€œBooking Order β€œ yang kemudian didistribusikan ke bagian lain yaitu sample room, cutting, Quality Control / Quality Assurance. C. Pattern Maker Tugas utama dari bagian ini adalah membuat dan menggandakan pola, serta menyusun panel dalam marker untuk mengoptimalkan efisiensi penggunaan fabrics. Pada saat order baru datang, bagian ini menerima detail order dan mini marker dari buyer hanya buyer tertentu yang memberikan mini marker . Mesin Gerber Garment Technology GGT akan melakukan editing mini marker ntuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik dari marker tersebut. Dengan efisiensi yang optimal maka konsumsi material juga akan lebih optimal, selama masih dalam batas toleransi dan allowance. Biasanya efisiensi marker berkisar 75 –80%. Jika buyer tidak memberikan mini marker, mesin Gerber akan membuat marker sendiri dengan spesifikasi dari buyer. Mini marker biasanya dicetak dalam kertas A4 dan didistribusikan ke bagian cutting. Cutting akan menyusun cutting list, material consumption, spreading report dan material report. Setelah mini marker disetujui oleh pimpinan cutting dan menerima material consumption dari cutting, pola dicetak dengan marker yang berukuran aktual dengan mesin GG. D. SAMPLE ROOM Bagian ini mempunyai tangung jawab dalam membuat sample produk garmen sebelum masuk ke bagian produksi. Sample room bersifat independen karena bagian lain tidak terlibat dalam proses pembuatan sample ini. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 6Setelah menerima original sample dari buyer bagian ini akan membuat sample dengan menggunakan fabrics yang karakteristiknya mirip dengan material sesungguhnya, sample ini disebut counter sample yang kelak akan didiskusikan dengan buyer. Setelah buyer setuju kemudian bagian ini membuat Pre Production Sample PPS dengan menggunakan fabrics sesuai spesifikasi dari buyer. PPS ini kemudian didstribusikan ke Marketing, representative buyer, maupun ke buying agent. Dari PPS ini sample room akan menentukan proses kritikal, flow proses, jenis mesin dan aksesories maupun attachment yang digunakan dengan koordinasi dengan bagian Industrial Engineering. E. QUALITY CONTROL Beberapa job description dari bagian pengawasan kualitas ini adalah - Melakukan koordinasi dengan perwakilan buyer ketika order datang dalam hal memastikan kualitas produk garmen. - Menerima dan melakukan inspeksi bahan baku fabrics dan benang . - Melakukan pemeriksaan production pilot dan produk dari produksi massal. Biasanya QC akan memproduksi beberapa produk sebagai sample dan membandingkannya dengan PPS, jika production pilot memiliki hasil produksi yang bagus baru produksi massal dapat dimulai. Biasanya ada beberapa sub dari bagian ini - QC in line QC atau Roving QC adalah personel QC yang berada di setiap line dan melakukan pengecekkan di setiap operasi sewing. - QC end line, adalah personel QC yang berada di ujung proses sewing line dan memeriksa satu bagian produk garmen secara keseluruhan. Jika dijumpai cacat produk atau defect akan dikembalikan ke sewing line dengan segera untuk dilakukan perbaikan. - Quality Assurance, sub bagian ini di beberapa perusahaan ada yang berdiri sendiri atau dibawah bagian QC. Biasanya QA ada di bagian Finishing dan berkordinasi dengan QC line. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 7F. INDUSTRIAL ENGINEERING Merupakan salah satu bagian terpenting dalam bisnis proses industri garmen secara keseluruhan. Bagian Industrial Engineering IE mempunyai job deskripsi 1. Menentukan waktu yang diperlukan dan target proses cutting per style setiap hari dengan menggunakan standar waktu dan standar metode kerja sebagai referensi. 2. Melakukan pengumpulan data aktual produksi dan membandingkannya dengan standar waktu untuk menghitung efisiensi operator dan utilisasi. 3. Melakukan audit apakah semua pekerjaan di bagian produksi cutting,sewing,finishing dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. 4. Melakukan penjabaran proses bersama bagian produksi Sewing Manajer, Sewing Line Supervisor untuk menentukan mesin dan operator yang diperlukan . 5. Melakukan time study untuk masing masing proses, pada saat pilot project berlangsung maupun pada saat proses untuk mass production berlangsung. 6. Melakukan analisa kinerja sewing line dengan membandingkan data produksi aktual dan membandingkan dengan waktu standar. 7. Melakukan analisa Statistic Process Control untuk menentukan proses operasi yang bersifat kritikal. 8. Perencanaan finishing, menentukan penjadwalan proses transfer dari sewing line ke bagian produksi. G. CUTTING Bagian ini merupakan bagian pertama dalam proses produksi yang mempunyai job utama memotong material meliputi fabrics, lining atau interlining untuk dijadikan panel yang siap untuk dilakukan proses penjahitan. Perlakuan dan teknik pemotongan setiap fabrics bervariasi tergantung dari karakteristik fabrics. Maka dari itu pada bagian ini diperlukan skill operator yang bagus dan mempunyai keahlian yang diatas standar. Dalam melakukan pekerjaannnya bagian ini berkerjasama dengan planning , sample room dan pattern maker. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 8CUTTINGPattern MakerSample RoomSampleRecordProcess RecordQuality ControlPPSMMCLSewingBalanceDOApprovalGambar 3 . Alur Proses Cutting dan pendukungnya Keterangan - CL = Cutting List - DO = Detail Order - MM = Mini Marker - PPS = Pre Production Sample Proses penerimaan material berupa fabrics di bagian ini dimulai dengan proses transfer material dari gudang fabrics yang berada di bagian terpisah. Setelah menerima barang dari gudang tersebut, akan dilakukan beberapa tahapan proses diantaranya - Spreading fabric digelar secara manual atau dengan alat bantu berdasarkan karakteristik fabrics. - Cutting fabrics dipotong sesuai dengan pola menjadi beberapa panel. - Repinning menyusun kembali panel yang sudah dipotong ke dalam beberapa block, perlakuan ini dikhususkan fabrics dengan corak bergaris atau kotak . - Numbering penomoran atau pemberian kode pada setiap panel, dengan tujuan untuk menghindari permasalahan di proses selanjutnya pada saat penggabungan panel, misalnya jika dijumpai warna belang , corak tidak sesuai dll. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 9- Bundling melakukan proses pengelompokkan panel berdasarkan tipe fabrics, ukuran, warna dan jumlah dengan tujuan untuk mengontrol masing masing panel pada saat dijahit. - Ironing menyetrika interlining sebelum proses fusing dan mengabungkan dengan fabrics. Tujuan proses ini adalah untuk merekatkan dan menempelkan interlining pada panel. - Fusing memanaskan dan mengepres panel dan interlining, dilakukan setelah panel fabrics dan interlining di setrika dan diberi kode. Tujuannya adalah memperkuat daya rekat interlining terhadap panel. - Embroidery secara umum bordir adalah merek atau label dari buyer yang direkatkan pada panel. Biasanya proses ini dilakukan oleh sub contractor. - Sloper Mengepaskan / Refitting panel terhadap proses pola. - Loading ke sewing mengirim potongan panel dan komponennya dalam bundle ke bagian sewing . Secara umum, proses yang terjadi di bagian cutting digambarkan dalam gambar berikut CUTTINGPlanning / Sample Room / Pattern Receiving fabricsSpreadingStore / WarehouseBundlingCuttingNumberingIroningFusingLoading to sewingRepinningSloperEmbroiderySub contGambar 4 .Alur Proses Bagian Cutting MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 10H. SEWING Merupakan bagian produksi setelah cutting yang melakukan proses pembuatan garmen dengan menggabungkan beberapa panel menjadi sebuah produk berupa baju, shirt, skirt, dress, pants, vest, skort, jacket atau produk garmen lain yang sesuai dengan spesifikasi detail yang sudah ditetapkan dengan buyer. Sewing merupakan proses utama dari keseluruhan proses produksi garmen dan terdiri dari beberapa operasi yang memerlukan karyawan banyak. Alur proses di sewing dijabarkan dalam gambar berikut SEWINGPlanning / Sample Room Loading from CuttingPPS / PilotTerima aksesori dari warehouseQC SewingChecking PPS / PilotSewingTransfer to FinishingGambar 5. Alur Proses Bagian Sewing - Sewing bekerja sama dengan Planning memberikan Detail Order DO termasuk comment dari buyer. - Planning memberikan material requesition MR yang memuat materi yang dibutuhkan. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 11- Planning memberikan seluruh informasi dari buyer ke bagian sewing berupa comment atau tambahan informasi mengenai sample. Dan sample yang telah disetujui oleh buyer tersebut menjadi referensi bagi sewing. - Panel yang telah dipotong dan di beri fusing di transfer ke bagian sewing dan dilakukan per style atau per lot untuk menghindari tercampurnya panel satu jenis dengan jenis lainnya. - PPS atau pilot adalah contoh garmen yang dibuat oleh line pilot atau supervisor atau berdasarkan sample yang telah disetujui buyer. Tujuan dibuatnya PPS adalah untuk menemukan kesulitan saat menjahit, menentukan time study, menentukan work study , keakuratan spesifikasi ukuran , dan sebagai petunjuk untuk membuat pre lay out mesin. - Pengecekkan PPS / Pilot dilakukan oleh kepala departemen sewing, sample room dan QC buyer. Masing masing pihak tersebut memberikan informasi tambahan, menentukan proses kritikal dan memberikan solusi atau metode kerja yang benar berkenaan dengan tingkat kesulitan produk yang akan dibuat. - Bagian Industrial Engineering akan terlibat dalam proses tersebut dengan memberikan gambaran mengenai hasil time study dan method study serta lay out mesin. Setelah semua proses tersebut dilalui, manajer sewing akan memberikan keputusan bahwa proses produksi massal segera dimulai. I. FINISHING Merupakan bagian terakhir dari urutan proses produksi yang mempunyai tugas utama memastikan bahwa produk yang akan dikirim dalam keadaan yang baik dan sempurna dari segi mutu, penampilan dan kesesuaian dengan spesifikasi pengepakkan yang telah ditentukan oleh buyer. Tahapan proses yang pada umumya dilakukan oleh beberapa produsen garmen adalah - Bahan baku dalam proses finishing berupa brand label, price tag ditransfer dari store dan dilakukan pencatatan. - Button hole process menggunakan mesin button hole dimana ukuran lobang disesuaikan dengan spesifikasi ukuran yang ditentukan buyer. - Attach button adalah proses memasang kancing dengan button stitch machine. - Attach shoulder pad, hanya style tertentu yang menggunakan shoulder pad, tergantung dari design. Proses ini menggunakan mesin bartack atau button stitch machine yang dimodifikasi. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 12- Trimming, membuang semua sisa benang yang masih menempel pada garmen. Ada juga garmen yang dilakukan proses pembersihan kotoran berupa debu, sisa benang, sisa fabrics dengan menggunakan blower. - Metal Detector, memasukkan produk garmen kedalam alat untuk memindai adanya logam atau komponen yang tidak diinginkan yang membahayakan customer misalnya patahan jarum jahit. Proses ini merupakan proses sampling dan bersifat optional . - Ironing, atau proses setrika dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu 1. Melakukan kontak setrika langsung dengan garmen contohnya yang terbuat cotton. 2. Steam iron, dengan menggunakan uap panas untuk menghindari kekerutan fabrics misalnya viscose. Khusus garmen yang terbuat dari soft fabric yang mudah kerut, proses penyetrikaan dilakukan setelah ditransfer dari sewing sebelum pembuatan lubang kancing, - Memasang identitas produk garmen berupa 1. Price tag , label harga jual garmen di toko atau retail. 2. Hang Tag , memuat merk atau logo produsen . 3. Brand label atau label yang memuat lambang atau logo atau merek. - Garmen dilipat secara manual sesuai dengan detail dari buyer dan tidak semua produk garmen dilipat karena ada garmen yang digantung dengan memakai hanger. - Polybag, garmen dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk menghindari debu dan pemasangan stiker di polybag. - Produk akhir / finish good siap dikirim ke packing untuk dipack dengan kardus. Peranan bagian Quality Control di area finishing biasanya dilakukan setelah proses trimming atau proses setelah pamasangan label sebelum masuk ke polybag. Fungsi QC lebih cenderung sebagai penjamin mutu barang sebelum dikirim ke packing atau sebagai Quality Assurance. Dalam setiap line di finishing ditempatkan seorang QC operator untuk menjamin kualitas garmen yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan buyer. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 13Planning / Sample Room Transfer from SewingButon hole processMaterial TransferTrimmingAttach buttonAttach shoulder padIroningIroning front sectionAttach Hang tag ,price tag,brand label QC / QAPolybagTransfer to packingFinal QCFoldingMetal DetectorGambar 6. Alur Proses Finishing untuk proses pembuatan dress Di beberapa perusahaan garmen, tidak semua bagian yang disebutkan tadi berdiri sendiri melainkan menjadi departemen terpisah, misalnya bagian merchandiser dan marketing dijadikan satu departemen. Hal tersebut tergantung dari besar kecilnya perusahaan tersebut dan fungsi organisasinya. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 14BAB II PRODUKTIVITAS DI INDUSTRI GARMEN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah membaca bab ini diharapkan menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dasar produktivitas secara umum dan prinsip produktivitas dalam industri garmen . A. DEFINISI PRODUKTIVITAS SECARA UMUM Ada beberapa terminologi mengenai produktivitas Menurut Roger Schroeder dalam Operation Management produktivitas adalah hubungan antara input dan output dalam sebuah sistem produksi. Pengukuran Produktivitas secara teknis pada dasarnya adalah hasil dari Input I dibagi Output O atau Produktivitas = InputOutput Semakin besar input dan semakin kecil output maka produktivitasnya semakin besar. Produktivitas juga dapat digambarkan sebagai berikut - Produktivitas P naik apabila Input I turun, Output O tetap - Produktivitas P naik apabila Input I turun, Output O naik - Produktivitas P naik apabila Input I tetap, Output O naik - Produktivitas P naik apabila Input I naik, Output O naik tetapi jumlah - Kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input. - Produktivitas P naik apabila Input I turun, Output O turun tetapi jumlah penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output. Menurut International Labor Organization , ILO Produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen - elemen produksi tersebut berupa tanah, kapital, buruh dan organisasi. Menurut Dewan Produktivitas Nasional DPN produktivitas didefinisikan secara filosofis sebagai sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 15Pada dasarnya produktivitas harus dapat memenuhi unsur efektifitas, efisien dan kualitas. Masih menurut Schroeder , Total Factor Productivity – TFP atau Faktor Produktivitas Total , adalah rasio yang diperoleh dari GNP dibagi dengan total labor dan capital input. TFP = capitalLaborGNP+ Labor Productivity = houaboGNPCapital productivity = CapitalGNP TFP dapat dipakai untuk pengukuran produktivitas di tingkat perusahaan, dimana dihasilkan dari penghitungan Nilai Tambah, labor share dan capital share. Rasio TFP merupakan metode terbaik untuk menjelaskan produktivitas secara menyeluruh, karena meliputi berbagai komponen input. B. PRODUKTIVITAS DI INDONESIA Di era globalisasi dimana persaingan industri dan investasi antar negara semakin terbuka serta tanpa batas keputusan investor untuk melakukan investasi pada suatu negara akhirnya bergantung ada peringkat indeks daya saing berbagai negara. Berdasarkan data dari tabel di bawah pada tahun 2007 Indonesia berada di peringkat 54 untuk indeks perkembangan daya saing jauh dibawah sesama negara ASEAN, yaitu Singapore Ranking 7, Malaysia Ranking 21 dan Thailand Ranking 28 . Mengutip hasil riset daya saing global The World Economic Forum telah diungkapkan bahwa peringkat daya saing Indonesia tahun ini merosot 4 tingkat dibandingkan tahun 2006 di peringkat 54 dari 131 , daya saing merupakan sekumpulan intuisi , kebijakan , dan faktor yang menentukan tingkat produktivitas dari suatu negara. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 16Global Competitiveness Index Comparisons 2007 2006 2005 Country Rank Score Rank Score Rank United States 1 6 1 Switzerland 2 1 4 Denmark 3 4 3 Sweden 4 3 7 Germany 5 8 6 Finland 6 2 2 Singapore 7 5 5 Japan 8 7 10 United Kingdom 9 10 9 Netherlands 10 9 11 Korea, Rep. 11 24 19 Hong Kong SAR 12 11 14 Canada 13 16 13 Taiwan, China 14 13 8 Austria 15 17 15 Malaysia 21 26 25 Thailand 28 35 33 China 34 54 48 India 48 43 45 Indonesia 54 50 69 Vietnam 68 77 74 Philippines 71 71 73 Tabel 1 . Global Competitiveness Index Ranking Sumber data download November 07 Sedangkan tingkat produktivitas merupakan kumpulan dari tingkat kemakmuran dari sebuah The Global Competitiveness Index daya saing ditopang oleh 12 pilar yaitu Institusi , Infrastruktur , Makroekonomi , Pendidikan Dasar dan Kesehatan , pendidikan tinggi dan pelatihan , efisiensi pasar barang , effisiensi pasar tenaga kerja , kecanggihan pasar financial , kecepatan teknologi , ukuran pasar , kecanggihan bisnis dan inovasi .Dengan memperbaiki kedua belas pilar tersebut indeks daya saing sebuah negara akan membaik. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 17C. PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN Perhitungan produktivitas dalam industri garmen akan membantu pihak manajemen untuk menilai tingkat efisiensi perubahan dari segala sumber daya yang digunakan menjadi produk barang jadi yang bernilai ekonomi. Berdasarkan penilaian tersebut, manajemen akan mengetahui apakah segala proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk berlangsung secara baik dan benar atau sebaliknya. Sehingga dari hasil penilain kinerja tersebut akan memberikan masukan untuk segera dilakukan tindakan perbaikan yang dilakukan secara kontinyu. Productivity Study Jan -May Productivity/day/person piecesGambar Productivity Study Grafik diatas menyatakan produktivitas rata rata bulanan dari sebuah industri garmen yang memproduksi men top shirt untuk periode Januari 2005 sampai Mei 2005 dalam satuan produktivitas / day / person. Dari grafik itu, pihak manajemen disarankan untuk melakukan analisa kinerja produktivitas tiap bulan dan melakukan tindakan perbaikan jika dari grafik tersebut mengalami penurunan signifikan. Sebagai contoh, jika jenis men top shirt yang diproduksi pada periode tersebut mempunyai style yang hampir sama, mengapa pada bulan Maret 2005 produktivitas turun menjadi pcs / hari / orang ? Lakukan identifikasi sebagai berikut - Lakukan analisa apakah ada permasalahan di sewing line? - Apakah suplai raw material dan aksesories lancar tidak ada masalah? - Apakah sering terjadi perubahan style? sehingga sering terjadi perubahan lay out mesin dan perubahan operator ? - Bagaimana tingkat reject di bagian sewing? Baik di in line ataupun end line . MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 18 Dari beberapa pertanyaan tadi manajemen harus dapat menyelesaikan permasalahan dengan melakukan tindakan perbaikan seperti menjamin suplai raw material dan aksesories ke sewing, meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap hasil produk baik di in line sewing maupun end line sewing dengan memotivasi operator sewing untuk melakukan pekerjaannya dengan mengunakan work method dengan benar . Mengacu pada istilah bahwa produktivitas adalah hubungan antara output dan input, dalam industri garmen ada beberapa penjelasan 1. Output diartikan sebagai barang yang sudah diproduksi sebagai = Finish Good atau barang setengah jadi sebagai WIP = Work in Progress. Harus dapat diukur dan berwujud sesuai dengan kriteria yang memenuhi spesifikasi kualitas. Output digambarkan secara fisik sebagai produk garmen yaitu pants, dress, jacket, vents, skort atau shirt. Jika ingin diketahui perhitungan produktivitas di bagian sewing line maka output yang digunakan adalah hasil pada end line. 2. Input adalah merupakan elemen yang bersifat fisik yang diklasifikasikan sebagai berikut - Input tenaga kerja dibagi menjadi 2 direct labor dan indirect labor - Input bahan baku , dalam satuan meter - Input energi atau volume biaya yang ditimbulkan karena pemakaian masing -masing mempunyai satuan jam kerja jam, jumlah mesin pieces, konsumsi fabrics meter, pemakaian energi kwh/jam dan sumber daya lain yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Ada dua konsep dasar yang sering dipakai untuk melakukan pendekatan dalam pengukuran produktivitas 1. Produktivitas parsial - partial productivity yang merupakan perbandingan output dengan input. Ada beberapa karakteristik dari perhitungan ini yaitu - Perhitungannya sederhana dan mudah dimengerti. - Data dapat diperoleh dengan mudah dari berbagai depertemen. Contoh produktivitas partial adalah produktivitas output terhadap tenaga kerja atau material atau konsumsi energi. Masing masing berdiri sendiri dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja pada bagian tertentu. Kekurangan dari sistem perhitungan ini adalah tidak dapat dipakai untuk melakukan pengukuran kinerja secara menyeluruh. Contoh perhitungan lihat contoh II – 1 dan II – 2. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 19Coba perhatikan contoh perhitungan tersebut Dari 2 contoh perhitungan sederhana tersebut, diambil kesimpulan bahwa untuk meningkatkan produktivitas tidak harus dengan menambah jumlah produksi. Dengan penambahan operator sebanyak 5 orang untuk memproduksi 70 pieces produk tambahan, produktivitas di sewing line masih tetap pcs. 2. Produktivitas total atau dikenal dengan Faktor Produktivitas Total / Total Factor Productivity TFP adalah perbandingan antara total output dengan jumlah semua faktor input atau dengan menghitung semua aspek input dalam proses produksi. Jenis perhitungan ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan produktivitas parsial. CONTOH PERHITUNGAN II -1 Sebuah sewing line pabrik garmen memproduksi 700 pcs women dress , denan memperkerakan 50 operator mesin dan helper. Jam kera efektif diluar istirahat adalah 7 jam dengan hari kerja sebanyak 25 hari dalam sebulan. Berapakah produktivitas tenaga kerja sewing line tersebut ? Jawab Produktivitas tenaga kerja = InputOutput = harixharijamxoperator pcs 25 /7 50 700 = pcs women dress / jam kerja CONTOH PERHITUNGAN II – 2 Jika perusahaan ingin memenuhi target tanggal peniriman dan menhindari peniriman memakai air freiht , produk ditambah menadi 770 pieces women dress , operator mesin ditambah 5 orang . Jam kera tetap 7 am denan hari kera sebanyak 25 hari dalam sebulan. Berapakah produktivitas tenaga kerja sewing line tersebut ? Jawab Produktivitas tenaga kerja = InputOutput = harixharijamxoperator pcs 25 /7 55 770 = pcs women dress / jam kerja MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 20Indeks Standard produktivitas Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa ada 2 pendekatan dalam perhitungan produktivitas , berikut akan kita bahas 3 cara untuk menghitung indeks produktivitas 1. Metode perhitungan produktivitas fisik , dimana kita akan menggunakan jumlah output dan input sebagai data dalam perhitungan - Indeks produktivitas tenaga kerja = volume output / input tenaga kerja - Indeks produktivitas bahan baku = volume output /volume bahan baku - Indeks produktivitas mesin = volume output / jumlah mesin input - Indeks produktivitas energi = volume output / volume energi input - Total perhitungan produktivitas fisik = total volume output / total volume input 2. Metode perhitungan produktivitas nilai , dimana kita akan menggunakan nilai output dan input sebagai data dalam perhitungan - Indeks produktivitas tenaga kerja = nilai output / input tenaga kerja - Indeks produktivitas bahan baku = nilai output / nilai bahan baku - Indeks produktivitas mesin = nilai output / input nilai mesin - Indeks produktivitas energi = nilai output / input volume energi - Total perhitungan produktivitas = total nilai output / input total energi 3. Metode perhitungan produktivitas nilai tambah dengan menggunakan nilai tambah – value added sebagai data dalam perhitungan indeks,dimana data yang diambil untuk perhitungan ini diambil dari laporan - Nilai tambah = pendapatan sekarang sebelum pajak + biaya tenaga kerja + ongkos financial + pajak + biaya depresiasi . - Indeks produktivitas tenaga kerja = nilai tambah / input tenaga kerja - Indeks produktivitas modal = nilai tambah / modal Indeks produktivitas dibuat sebagai salah satu laporan Key Performance Indicator - KPI sebuah perusahaan garmen yang dibuat harian , mingguan bahkan tersebut dipakai sebagai pedoman manajemen perusahaan Indeks produktivitas dibuat sebagai salah satu laporan Key Performance Indicator - KPI sebuah perusahaan garmen yang dibuat harian , mingguan bahkan tersebut dipakai sebagai pedoman manajemen perusahaan dalam melakukan tindakan perbaikan dalam meningkatkan produktivitas industri garmen. Contoh perhitungan berikut dapat digunakan sebagai acuan MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 21CONTOH PERHITUNGAN II – 3 PT ABC apparel sebuah perusahaan garmen yang menghasilkan men pants dengan output sebesar = 450 pieces per hari finished pants yang dikerjakan oleh 1 line yang terdiri dari 49 operator sewing dan 4 helper .Jika mereka bekerja selama 8 jam per hari , dengan over time 1 jam hitunglah tenaga kerja langsung tenaga kerja tidak langsung tenaga kerja total Jawab Dengan menggunakan metode perhitungan produktivitas fisik diperoleh data Beberapa perusahaan garmen mengklasifikasikan tenaga kerjanya menjadi dua yaitu - Langsung = yang berhubungan langsung dengan mesin produksi , yaitu operator sewing . -Tidak langsung = tidak berhubungan langsung dengan mesin produksi misal supporting , helper , admin tenaga kerja langsung = = InputOutputVolume = harixharijamxoperator pcs 1 /9 49 450 = pcs / orang / jam tenaga kerja tak langsung = = InputOutputVolume = harixharijamxoperator pcs 1 /9 4 450 = pcs / orang / jam tenaga kerja total = = InputVolumeTotal OutputVolume = harixharijamxoperator pcs 1 /9 53 450 = pcs / orang / jam MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 22BAB III MANAJEMEN OPERASI DALAM PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah membaca bab ini diharapkan anda meningkatkan dan mengoptimalkan pengetahuan konsep dasar manajemen operasi dalam perhitungan produktivitas dan metode yang dipakai untuk menganalisa produktivitas di industri garmen WAKTU STANDAR - TIME STUDY Time study merupakan cara untuk mengukur kinerja seseorang dengan menggunakan stop watch atau alat yang digunakan untuk menentukan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Setelah standard ditentukan, operator harus dilatih melakukan pekerjaan tersebut dengan menggunakan metode yang ada, bersamaan dengan dilakukannya time study. Ada beberapa langkah untuk melakukan time study yaitu 1. Jabarkan jenis operasi / pekerjaan menjadi beberapa element pekerjaan. Misalnya dalam sewing line untuk operasi Cuffs Preparation Persiapan manset ada beberapa elemen pekerjaan yaitu - Prehem cuffs dengan S/N machine - Runstitch cuffs dengan S/N cutter with edge - Turn and press cuffs dengan ironing press - Toptstich cuffs dengan S/N machine 2. Buat sebuah metode kerja untuk masing masing elemen pekerjaan tersebut dan jabarkan secara detail metode kerja beserta gerakan operasi. 3. Tugaskan kepada Line Supervisor atau asisten supervisor, untuk mengajarkan metode kerja yang sudah ditetapkan untuk masing masing operator. 4. Lakukan time study dengan metode sebagai berikut - Gunakan format yang tercantum dalam table - Hitung waktu yang diperlukan dengan menggunakan stop watch untuk setiap elemen pekerjaan. - Perhitungan dimulai saat operator melakukan gerakan awal hingga selesainya elemen pekerjaan yaitu gerakan saat mengambil cuffs manset dari bundling hingga selesai melakukan prehem cuffs. Lakukan langkah tersebut sebanyak 10 kali sebagai sample perhitungan. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 23- Tetapkan rating untuk masing masing elemen yang menunjukkan tingkat kesulitan elemen pekerjaan maupun tingkat kecepatan. Rating 100 % menunjukkan kecepatan kerja yang normal. - Jika Rating factor RF untuk setiap elemen pekerjaan, waktu observasi OT dan Normal Time NT diperoleh dari NT = 100 OTxRF - Definisi dari Rating Factor RF tidak termasuk allowance untuk delay yang tidak bisa dihindari misalnya istirahat karena kelelahan, membetulkan posisi duduk, personel time ke toilet , istirahat dll. 5. Tetapkan standard time ST , dengan menggunakan rumus ST = 100/1 ANTDimana A adalah allowance, yang besarnya tergantung dari jenis kondisi pekerjaan dan tingkat kesulitan dalam operasi di sewing line. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 24Tabel 2 . Time Study Analysis MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 25Time study biasanya dilakukan oleh personel Industrial engineer pada saat berlangsungnya proses 1. Pre production sample atau pilot line di area sewing , untuk mendapatkan waktu standard operasi per elemen operasi, sering disebut pre eliminary study. 2. Mass Production di area sewing, untuk memastikan kembali apakah waktu yang diperoleh sudah atau belum. B. PERHITUNGAN MAN POWER BERDASARKAN TIME STUDY Beberapa perusahaan garmen memiliki istilah tersendiri untuk waktu standard untuk melakukan satu operasi dalam proses produksi sewing,finishing dimana waktu standard tersebut dihitung pada saat time study istilah Standard Minutes SMS, Standart Time ST atau Standard Minutes Values SMV . Beberapa tahapan yang dilakukan untuk menentukan jumlah man power atau operator di sewing line 1. Lakukan break down operasi untuk sebuah garmen dan tentukan masing masing operasi yang akan dilakukan untuk memproduksi garmen tersebut per parts garment. Tabel 3 . Time Study for Operation Breakdown 2. Tetapkan standard time berdasarkan time study analysis dalam satuan menit. 3. Hitung target output per operasi dalam satuan piece / jam MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 26Target output per jam = SMVmenit 60 satuan = piece 4. Tentukan jumlah target output per hari , diluar over time , dengan mengalikan jam kerja normal dalam sehari apakah 7 jam 420 menit atau 8 jam 460 menit. 5. Jika ada beberapa operasi yang bisa digabung atau dicombine lakukan penggabungan operatornya dengan syarat diproses dengan mesin sejenis MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 27Tabel Bulletin MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 28C. PRINSIP WORK STUDY DI SEWING LINE. Hampir semua jenis perbaikan dalam rantai produksi merupakan hasil dari pengukuran kinerja yang didasarkan pada work study atau analisa dan identifikasi mengenai cara kerja. Dalam industri garmen proses tersebut penting dilakukan untuk mendapatkan cara kerja yang paling efisien untuk meningkatkan kinerja individu pada level stasiun kerja, misalnya kinerja seorang operator cutting, operator sewing line atau operator finishing. .Ada beberapa tahapan pelaksanaan work study yaitu 1. Tentukan tujuan dari pelaksanaan work study, misalnya untuk mendapatkan gerakan dan waktu operasi yang effektif seorang operator sewing line. 2. Tetapkan cara pendekatan work study yang akan digunakan, contohnya jika dalam satu stasiun kerja operator sewing line melakukan lebih dari satu operasi misalnya attach zipper dan topsticth welt pasang zipper dan stik bobok. Lakukan berbagai macam alternatif urutan cara kerja dari kedua jenis operasi itu sesuai tingkat efisiensi dan efektifitas kerja. 3. Informasikan hasil work study kepada pekerja untuk menetapkan gerakan mana yang paling effektif dan efisien. Lakukan pengamatan secara kontinyu hingga diperoleh cara kerja yang mendukung peningkatan kinerja. 4. Bila perlu gunakan alat Bantu untuk mendapatan hasil pekerjaan secara optimal. Misalnya pembuatan corong atau piping yang terbuat dari stainless steel untuk membentuk lipatan jahitan yang lebarnya sama. Setelah melakukan tahapan tersebut, pihak Industrial Engineer IE akan menetapkan metode kerja berdasarkan work study atau motion study yang optimal. Beberapa alat bantu berupa grafik yang bisa dipakai untuk melakukan analisa studi cara kerja - work study maupun motion study adalah MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 291. Activity Chart sering disebut β€œman-machine chart β€œ yang menunjukkan hubungan antara operator dengan mesin. Misalnya pasang kerah ke interlining. Name Operation Attach collar to interliningOperator MachineAmbil interlining Idle interlining dengan Idle di atas S/N Machine Idle Sew TotalRemark = running=idle / stopTime - minutes Time - minutes Tabel .5 Contoh Activity Chart - Sewing Line Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa waktu operator bekerja dengan masing masing elemen pekerjaan, mesin mengalami idle sejumlah waktu tertentu. 2. Operation Chart – menunjukkan gerakan detail tangan operator sewing setiap elemen kerja. Masing masing gerakan dapat dianalisa untuk mendapatkan gerakan yang efisien. Ada beberapa hal yang diperhatikan dari penggunaan chart ini yaitu pemanfaatan anggota tubuh tangan, penyusunan area kerja dan pembuatan alat bantu. Gambar dibawah contoh Operation Chart untuk operasi pasang kerah ke interlining. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 30Left Hand Right HandAmbil interlining bundle Ambil bundle kerahCek nomer bundle Cek nomer bundleGenggam interlining Genggam kerahTempelkan interlining dan Tempelkan interlining dankerah kerahPas kan sisi kedua komponen Pas kan sisi kedua komponenTaruh di mesin S/N Taruh di mesin S/NPegang handle S/NPegang ujung komponen Pas kan ujung belakangPegang saat S/N bekerjaGerakan / transportasiAktivitas berhentiGambar 8 .Contoh Operation Chart 3. Simultaneous Motion Chart SIMO CHART , merupakan perpaduan antara activity chart dan operation chart yang menampilkan gerakan tangan kiri dan tangan kanan termasuk waktu untuk masing masing gerakan dan ditampilkan dengan simbol Therblig contohnya adalah Kode Keterangan TE Transport empty Memindahkan dalam kondisi kosong TL Transport loaded Memindahkan dalam kondisi terisi G Grasp Menggenggam H Hold Menahan P Position Menempatkan U Use Memakai alat RL Release Melepaskan Tabel 6 . Kode Therblig MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 31Operation Attach collar to interlining Time in minute Left Hand Therblig Symbol Time Time Therblig Symbol Right Hand Ambil interlining bundle TL TL Ambil bundle kerah Cek nomer bundle G G Cek nomer bundle Genggam interlining G G Genggam kerah Tempelkan interlining dan G G Tempelkan interlining dan kerah kerah Pas kan sisi kedua komponen P P Pas kan sisi kedua komponen Taruh di mesin S/N RL RL Taruh di mesin S/N H Pegang handle S/N Pegang ujung komponen G P Pas kan ujung belakang H Pegang saat S/N bekerja Jahit pakai S/N U U Jahit pakai S/N Total Tabel 7 . Contoh SIMO CHART untuk operasi sewing line Lakukan analisa untuk masing masing gerakan tangan kanan dan kiri, dan perhatikan waktu idle yang terjadi. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant LINE BALANCING Merupakan lintasan produksi di bagian sewing line dimana material berupa fabrics berpindah dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain secara kontinyu pada laju rata rata. Dalam sebuah lintas perakitan di sewing line terdapat beberapa permasalahan utama diantaranya ketidakseimbangan stasiun kerja, gangguan kelancaran lintas perakitan bottlenecking yang berkibat pada penumpukan material work in process WIP dalam stasiun kerja. Line balancing atau keseimbangan lintas perakitan adalah keseimbangan proses penempatan pekerjaan pada setiap stasiun kerja per operasi sehingga target kecepatan produksi dapat terpenuhi. Keseimbangan penempatan pekerjaan tergantung beberapa kondisi 1. Ukuran material yang akan dibuat yaitu ukuran fabrics material garmen yang akan dihasilkan, apakah besar, sedang atau berupa parts kecil. 2. Jumlah kebutuhan material sebagai prasyarat precedence berlangsungnya kelancaran lintas perakitan. Jika jumlah material yang dipasok berkurang, keseimbangan lintas perakitan akan terganggu. 3. Bentuk lay out mesin dan area lintas perakitan, apakah berbentuk lurus straight line, U –line atau O –line 4. Tingkat kesulitan dari proses sewing untuk masing masing stasiun kerja apakah sulit, sedang atau mudah. 5. Skill masing masing operator sewing line dalam mengoperasikan proses sewing, dalam hal ini dituntut adanya kesamaan dan keseimbangan tingkat skill operator sehingga tidak ada penumpukan material atau bagian garmen dalam satu stasiun kerja. Untuk mengetahui tingkat keefektifan lintas perakitan digunakan 2 indikator yang harus diperhatikan yaitu 1. Line Efficiency – Efisiensi lintasan LE , diperoleh dari jumlah rata rata efisiensi per stasiun kerja, per jam atau per hari LE = βˆ‘jamper output Standard jamper output Actual MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 332. Smothness Index SI – Indeks yang menunjukkan kelancaran dari suatu keseimbangan lintas perakitan SI = βˆ‘ST-STmax 2 ST = waktu operasi elemen pekerjaan pada satu stasiun kerja Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa keseimbangan lintas perakitan dalam sewing line berlangsung dengan baik, yaitu 1. Lakukan breakdown operasi secara detail setiap operasi sewing. Pelaksanaannya dapat dilakukan saat proses sample pilot berlangsung, sehingga ketika proses produksi massal dilakukan, detail operasi sudah diperoleh. 2. Catat waktu standard SMV masing masing operasi berdasarkan hasil time study. 3. Analisa setiap efisiensi lintasan LE berdasarkan SI yang paling optimal. 4. Buatlah grafik Line Balancing Study, seperti grafik dan table berikut ini MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 34Gambar 9 .Grafik Line Balancing Study MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 35Tabel 8. Line Balancing Study MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 36Dari tabel diatas diperoleh rata rata Line Eficiency LE untuk 32 operasi sebesar %, dan smoothness index SI E. LINE LAY OUT Hal terpenting dalam penyusunan lay out di sewing line adalah mengoptimalkan tata letak dan fungsi dari masing masing operasi di stasiun hal utama yang harus diperhatikan adalah - Dapat mengantisipasi loss time yang diakibatkan oleh pergantian style lama ke style baru - Adanya variasi kinerja operator dimana masing masing operator memiliki skill yang berbeda antara satu sama lain .Jika line lay out tidak diperhatikan secara benar hasil dari operator yang memiliki skill bagus , tidak diimbangi dengan output yang dihasilkan oleh operator dengan skill lebih rendah. - Keseimbangan line – line balancing harus terjamin untuk meminimalisasi terjadinya penumpukan material work in progress. Secara umum terdapat beberapa jenis line lay out yang sering dipakai dalam industri garmen diantaranya MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 37- Dengan menggunakan Circle shape lay out kita dapat meminimalisasi penanganan material dan laju WIP lebih lancar sehingga jarang terjadi penumpukan . - Circle shape lay out tidak digunakan jika utility support seperti instalasi electrik , jalur steam press kurang mendukung diterapkannya lay out biasanya bangunan gedung mengikuti pola straight – lurus. MAPPING Skill mapping atau pemetaan kemampuan adalah sebuah metode analisa terhadap skill atau kemampuan karyawan sebuah perusahaan untuk semua level baik level manajerial atau industri garmen metode ini biasa dilakukan di area produksi cutting-sewing atau finishing untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seorang operator dalam melaksanakan pekerjaannya .Hasil dari pemetaan yang dilakukan dengan cara individual assessment tersebut ditampilkan ke dalam sebuah Skill Matrix . Gambar 10 I - shape lay out Gambar 11 Circle shape lay out MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 38Untuk level operatif yaitu operator di sewing line ada beberapa urutan cara assesmen yang harus dilakukan yaitu 1. Machine Skill Assesment – penilaian operator dalam penguasaan mesin sewing di line sewing . Misalnya penguasaan mesin S/N oleh seorang operator beri nilai sesuai dengan pengamatan atasan langsung Score Machine Skill 1 Tidak Bisa 3 Kurang Bisa 5 Sedang saja 7 Agak Mahir 9 Sangat Mahir Tabel 9. Skor Machine Skill 2. Operation Skill Assesment – pemetaan kemampuan operator dalam melakukan operasi di sewing misalnya seperti tertera di table di bawah Operation Skills No. Operation Machine Collar Preparation 1 Runstitch collar SN 2 topstitch collar SN 3 Joint Collar SN Cuff 4 prehem cuff SN Back 5 Joint back yoke safety 6 Check back SN Fronts 7 Hemming front SN Sleeve 8 Bartack sleeve bartack Assembly 9 join shoulders safety 10 topstitch shoulder SN 11 attach collar SN MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 3912 attach sleeves safety 13 attach cuffs SN 14 hemming bottom SN Tabel 10. Operation Skill Beri tanda ’ X pada masing masing kolom operator khususnya operator non helper atau operator yang menghandle mesin untuk menandai kemampuan operasi setiap operator. 3. HC Readiness – human capital readiness adalah persentase yang menyatakan kesiapan SDM dalam satu line apakah memenuhi syarat operator skill yang ditetapkan atau tidak, misal syarat yang ditentukan adalah operator yang memiliki skor > 5 skill mahir .Persentase tersebut dihitung dari perbandingan antara = helpernonsewingoperatorJumlah 5skor helpernonsewingoperatorJumlah > Persyaratan tersebut ditentukan berdasarkan keputusan bersama Perhatikan contoh tabel dibawah untuk assessment yang dilakukan dalam satu sewing line Line 11 Supervisor Kurnia Machine Skills Masa Kerja Pegang Mesin No Nama Operator DOJ Thn Y / T S/N Over lock Kansai D/N Button Hole Make up 1 Amihati 18-Mar-96 10 Y 5 5 9 5 1 7 2 Asriyah 16-Jan-03 3 Y 9 5 9 5 1 1 3 Daryati 7-Oct-96 10 Y 5 1 1 1 1 1 4 Delina Sinurat 12-Mar-01 5 Y 7 5 7 7 1 1 5 Duriyah 16-May-06 0 Y 7 5 1 7 1 5 6 Eni Kusrini 16-Jan-01 5 Y 7 1 1 7 1 1 7 Entin 27-Oct-97 9 Y 3 7 1 3 1 7 8 Eny Purwanti 8-Aug-94 12 Y 7 3 1 5 1 1 9 Fatimah 10-Jul-00 6 Y 5 5 5 1 9 1 10 Harmini 1-May-00 6 Y 7 1 1 1 1 1 11 Hayatun 29-Mar-99 7 Y 5 5 5 5 1 1 MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 4012 Khatini 2-Mar-99 7 Y 9 5 1 5 1 1 13 Khoriah 9-May-05 1 Y 5 3 1 1 1 1 14 Lesti Sihotang 2-Feb-99 7 Y 5 3 3 3 1 1 15 Ma'rifatul Hikmah 15-Mar-99 7 Y 5 5 3 3 9 1 16 Nasiah 30-Mar-98 8 Y 5 3 3 3 1 1 17 Nur Hasanah 25-Feb-98 8 Y 7 3 3 5 1 1 18 Nursiah 22-Mar-99 7 Y 7 1 1 1 1 1 19 Nuryati 24-Jan-00 6 Y 7 1 1 1 1 1 20 Pipit Runjayati 23-May-05 1 Y/T 5 3 1 1 1 1 21 Priwiyantini 26-May-05 1 Y 5 5 1 3 1 1 22 Rinawati 21-Dec-99 6 Y 5 3 1 1 1 1 23 Risma 22-Mar-06 0 Y 5 3 5 5 1 1 24 Rohmiati 4-Oct-93 13 Y 7 5 1 5 1 1 25 Ronita Sitinjak 5/12/1998 8 Y/T 5 1 1 1 1 1 26 Rumsinah 16-Jun-94 12 Y 7 3 1 5 1 1 27 Sabariyah 23-Feb-98 8 Y 9 1 1 1 1 1 28 Saminah 27-Mar-00 6 Y 7 1 1 1 1 1 29 Sihaeni 1-Aug-00 6 Y 7 5 3 5 1 1 30 Siti Mustika 6-Jun-05 1 Y 5 5 1 5 1 1 31 Siti Nurjanah 9-Aug-99 7 Y 7 1 1 1 1 1 32 Siti Nurjanah 9-Aug-99 7 Y/T 5 1 1 1 1 1 33 Solina 17-May-99 7 Y 9 3 3 3 3 1 34 Sri Murni 16-May-05 1 Y 5 3 1 1 1 1 35 Suharsih 28-Jul-98 8 Y 7 7 1 7 1 1 36 Sumarni 8-Feb-99 7 Y 7 5 3 7 5 1 37 Sumiati 17-Jun-02 4 Y 9 7 3 7 3 3 38 Sunarti 8-May-00 6 Y/T 5 1 1 1 1 1 39 Suneri 29-Mar-01 5 Y 5 5 3 5 5 1 40 Tri Rias Wulandari 9-Feb-98 8 Y/T 5 1 1 1 1 1 41 Turiah 18-Mar-02 4 Y 7 5 3 5 1 1 42 Tursinah 26-Jun-95 11 T 1 1 1 1 1 1 43 Tuti Ismiati S 21-May-01 5 T 1 1 1 1 1 1 44 Umi Kulsum 16-Jan-01 5 Y 9 5 5 5 5 1 45 Yaniasih 23-May-05 1 Y 5 1 1 1 1 1 46 Irma Endang 1-Aug-06 0 Y 5 5 1 1 1 1 47 Maria 1-Aug-06 0 Y 5 5 1 1 1 1 48 Murnasih 1-Aug-06 0 Y 5 1 1 1 1 1 49 Tuti Alawiyah 1-Aug-06 0 T 1 1 1 1 1 1 50 Maria Magdalena 1-Aug-06 0 Y 5 1 1 1 1 1 51 Risnawati 1-Sep-06 0 Y 5 1 1 1 1 1 52 Fifit Fitrianingsih 1-Sep-06 0 T 1 1 1 1 1 1 OPERATOR WITH SCORE > 5Y 22 3 3 6 2 2 MAXIMUM SCOREY/T 9 7 9 7 9 7 % HC READINESS 46% 6% 6% 13% 4% 4% Tabel Line Assesmen MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 414. Lakukan Skill Analysis untuk hasil asesmen tersebut yaitu dari sekitar 48 Operator mesin , hanya 46 % yang mempunyai kemampuan dengan skor diatas 5 dan sisanya adalah operator dengan kemampuan dibawah standar. 5. Langkah nomer 1 s/d 3 diatas dapat dilakukan untuk masing masing line sewing dalam satu factory sehingga diharapkan peta kemampuan untuk operator dalam satu factory dapat diketahui. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 42BAB IV PENGAWASAN LINE PRODUKSI YANG EFFEKTIF TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah membaca bab ini diharapkan anda meningkatkan dan mengoptimalkan pengetahuan dalam mengelola sumber daya manusia di industri garmen terutama dalam pengawasan line melalui cara kerja yang efektif untuk meningkatkan produktivitas Supervisor merupakan manajer yang memiliki bawahan bukan manajemen yang dituntut untuk memberikan gambaran dan sasaran perusahaan dengan jelas serta bertindak adil terhadap diharapkan berfungsi sebagai contoh bagi bawahan dan memberikan penilaian serta penghargaan bagi mereka yang berprestasi . Supervisor di bagian produksi suatu industri garmen merupakan ujung tombak bagi manajemen perusahaan dalam menjalankan peran manajerial yang berhadapan langsung dengan bawahan .Dia dituntut untuk memiliki 8 kemampuan manajerial dasar agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif yaitu β€’ Membuat penugasan ; Menentukan aktivitas yang akan dilakukan,Pencapaian Kualitas – reject rate ,Target kuantitas – aktual output ,Menetapkan jadwal Tugas harus reasonable ,Difollow up secara terus menerus . β€’ Memberikan petunjuk ; Bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan alat bantu ,metode dan perubahan ke arah yang lebih baik , detail aktivitas harus rinci ,material yang akan digunakan dan resources SDM yang mendukung. β€’ Memberikan bantuan ; Kerjasama yang kooperatif antar individu dengan menunjukkan ketertarikan dan konsern terhadap penyelesaian permasalahan β€’ Melakukan Follow-up dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang harus dilakukan sesuai dengan target Actual vs. Planned. β€’ Menyelesaikan permasalahan / Problem Solving , dilakukan jika ditemukan varian antara hasil dengan target yang harus dicapai β€’ Memberikan Feedback positif dan korektif yaitu umpan balik yang bersifat positif atau membangun dan sebagai tindakan korektif. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 43β€’ Membuat pelaporan meliputi laporan produksi , kehadiran tenaga kerja , laporan defect dan laporan yang berhubungan dengan semua kegiatan operasional produksi . Supevisor memiliki tanggung jawab diantaranya menjamin agar kemampuan pribadi dan kelompok berkembang dengan memberi pengarahan kepada bawahan, menyelaraskan kegiatan yang melibatkan anggota serta memberi motivasi .Sehingga sasaran kelompok maupun individu akan tercapai dengan optimal. Dari sebuah laporan sebuah konsultan manajemen yang bergerak di bidang produktivitas industri garmen tahun 2004-2006 dari 2 buah perusahaan garmen disimpulkan bahwa sekitar 60 % supervisor sewing line melakukan pekerjaan seorang supervisor tersebut lebih banyak melakukan aktivitas manual seperti menjahit , trimming , pressing dan transfer dibandingkan mereka melaksanakan pekerjaan sebagai supervisor dengan benar . Gambar study Keterangan Hijau Supervisi aktif -pengawasan line sewing secara effektif Biru Coaching – bimbingan menjahit kepada operator - style baru Kuning Administrative - meeting,pelaporan,briefing Coklat Melakukan pekerjaan operator -menjahit – buang benang –pressing Merah Idle , rest room – minum Tabel 12. Keterangan Supervisory study Supervisory Study20% 6% 8% 59% 7%0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 44Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab mengapa supervisor line sewing lebih sering melakukan aktivitas manual sebagai seorang operator 1. Kurangnya pengetahuan manajerial sebagai seorang supervisor line sewing sehingga tidak mampu memanaje anak buah dengan baik. 2. Absensi operator yang kurang memuaskan dimana banyak operator yang absen tidak masuk kerja sehingga mengalami kekurangan tenaga kerja dalam line. 3. Kurangnya jiwa kepemimpinan atau leadership dan tidak berwibawa sehingga anak buah kurang menghargai dan menghormatinya sebagai atasan. 4. Skill operator yang tidak merata dalam satu line sewing sehingga sering terjadi bottleneck pada salah satu operasi dan terjadi penumpukan tersebut menuntut campur tangan supervisor dalam melakukan penyelesaian problem tersebut. MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 45BAB V TEKNIK PERBAIKAN PRODUKTIVITAS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah membaca bab ini diharapkan anda dapat meningkatkan kemampuan analisa permasalahan sehingga memiliki keahlian dalam melaksanakan teknik pengukuran kinerja sehingga dapat mengambil tindakan perbaikan dengan tepat. A IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA Performance Management System – atau sistem manajemen pengukuran kinerja dengan Key Performance Indicator – KPI dalam area produksi merupakan suatu sistem yang diterapkan oleh manajemen perusahaan dalam memantau kinerja perusahaan dengan KPI adalah produktivitas .Setelah kinerja dipantau secara rutin baik jam-harian , pihak terkait akan mengukur sejauh mana hasil yang telah dicapai sudah sesuai dengan target perusahaan atau belum. Disinilah diperlukan peran aktif manajemen dalam menganalisa segala permasalahan yang diakibatkan oleh problem internal maupun eksternal yang mempengaruhi kinerja produktivitas suatu departemen atau bahkan sampai pada level langkah perbaikan yang ditulis dalam Action Plan yang akan dilakukan sudah tepat diharapkan effektifitas tindakan perbaikan dapat dicapai dengan benar. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan sistem pengukuran kinerja dalam KPI – Produktivitas adalah MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 461. Identifikasi operasi yang kritis dalam proses produksi mulai cutting sampai finishing dan area produksi terkait. 2. Tetapkan faktor produktivitas yang signifikan dan berpengaruh terhadap perbaikan produktivitas berkelanjutan serta penyebab utama menurunnya produktivitas. 3. Tentukan perhitungan berdasarkan frekuensi perhitungan harian, bulanan atau per produk , per bagian dan per departemen atau pada tingkat individu. 4. Tentukan base period – untuk perhitungan dalam jangka panjang yang digunakan sebagai dasar penetapan target KPI. 5. Desain sebuah sistem pengumpulan data termasuk format , sumber data dan cara pengolahan data. 6. Tugaskan dan latih seseorang untuk mengumpulkan data, menyajikan laporan , pemrosesan data , penyusunan grafik dan menyampaikan data kepada manajemen sebagai bahan analisa untuk melakukan tindakan perbaikan . 7. Jelaskan kepada semua tingkatan karyawan mengenai pentingnya pengukuran produktivitas 8. Berikan laporan dan feedback mengenai hasil analisa data produktivitas serta tindakan perbaikan yang telah dilakukan. 9. Setelah memperkenalkan mengenai sistem pengukuran ini libatkan semua kegiatan karyawan dalam usaha perbaikan berkelanjutan yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. 10. Lakukan brainstorming atau curah pendapat mengenai hasil pengukuran kinerja yang mengikutsertakan manajemen sampai level operator. PELAPORAN Pelaporan merupakan bagian dari sistem manajemen pengukuran kinerja sebuah perusahaan, dimana dalam sistem tersebut laporan yang berbasis jam , harian , mingguan maupun bulanan digunakan sebagai tools bagi manajemen dan karyawan untuk mengetahui kinerja baik departemental maupun langkah yang dilakukan untuk melakukan tindakan perbaikan tepat dan efektif . Di bawah adalah contoh laporan produktivitas untuk direct manpower atau tenaga kerja MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 47langsung – cutting , sewing , finishing dalam satuan pieces / person / month pada sebuah perusahaan garmen Gambar 13 .Grafik Direct Manpower Productivity Tabel 13. Data Produktivitas dalam pcs / person / month Keterangan Tabel - Jumlah tenaga kerja terbagi menjadi dua kategori yaitu direct mulai cutting , sewing , finishing dan indirect administrasi ,mekanik , dan bagian pendukung . DIRECT MANPOWER PRODUCTIVITY / PIECES / MONTH PERIOD JAN - MAY 2006BASED ON GARMENTS SHIPPED13215612615892020406080100120140160180Jan Feb Mar Apr MayProductivity Pieces/direct manpower/month MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 48- Jumlah overtime dimasukkan ke dalam faktor perhitungan karena produktivitas yang dihitung adalah Total Factory Productivity. - Perhitungan produktivitas berdasarkan jumlah produk garmen yang telah dikirim shipped - Total of equivalent person = jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam jam kerja normal ditambah dengan lamanya overtime .Kemudian dikonversikan Kesimpulan dari contoh - Penurunan produktivitas yang terjadi pada bulan Mei harus dianalisa dengan detail mencakup penyebab hal menarik yang harus menjadi fokus perhatian kita , karena meskipun jumlah overtime pada bulan Mei naik , ternyata tidak menjamin kenaikan produktivitas . MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 49BAB VI MANAJEMEN WASTE DENGAN LEAN SYSTEM’ A KONSEP DASAR LEAN SYSTEM Sejak perang dunia II Jepang mengalami sebuah dilemma besar yaitu berhancurnya industri besar di negara itu yang ditandai dengan berkurangnya bahan baku dan sumber daya alam , masalah keuangan dan semangat kerja yang menurun .Keadaan tersebut berlangsung hingga sekitar tahun 1950 ketika Taichi Ohno seorang petinggi di Toyota Corp mengusulkan konsep Lean Manufacturing pada Toyota Production National Institut of Standard and Technology – NIST , Lean Maufacturing system merupakan sebuah konsep dengan pendekatan sistematis untuk mengeliminasi waste dengan meningkatkan kegiatan yang memberikan nilai tambah dengan melakukan tindakan perbaikan secara kontinyu . Yang termasuk waste atau lebih dikenal dengan seven waste of manufacturing ’ yang dihasilkan oleh industri garmen adalah - Transportasi dari dan ke proses – yaitu gerakan material berupa fabrics , trim atau aksesori yang tidak perlu .Material harus di transfer saat akan digunakan pada proses produksi dan disimpan kembali saat tidak digunakan - Scrap akibat proses atau bahan tidak berguna yang dihasilkan selama proses produksi industri garmen biasanya sisa fabrics yang berlebih karena perhitungan yield yardage yy yang tidak efektif karena kesalahan perencanaan. - Idle material pada inventory – yaitu penyimpanan material bahan baku yang jumlahnya melebihi dari kebutuhannya misalnya kelebihan stok fabrics , aksesories di gudang bahkan dalam bentuk finish membutuhkan tempat banyak juga menyebabkan barang tidak ada nilai produknya. - Defect product – yaitu produk garmen yang tidak memenuhi standar spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pembengkakan biaya kualitas atau Cost of Quality salah satu karena penggunaan air freight. - Movement – misalnya adanya gerakan operator yang tidak perlu saat melakukan suatu operasi pekerjaan yang diakibatkan karena kesalahan dalam perencanaan tata letak peralatan , stasiun kerja dan lay out operator peran penting dalam menyusun lay out mesin yang efisien sesuai dengan style garmen yang akan diproduksi . MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 50- Over production - memproduksi barang melebihi jumlah order dari customer yang mengakibatkan pengeluaran biaya tenaga kerja , material yang tidak efisien. - Delay time – waktu yang tidak produktif waktu setup, breakdown, machine down time, atau waktu menunggu karena material tersebut diebabkan karena perencanaan yang kurang baik atau kurang komunikasi . Prinsip pokok konsep manajemen waste dengan Lean System adalah 1. Eliminasi waste – atau kurangi Waste di setiap lini mulai dari awal proses hingga akhir macam cara yang bisa dilakukan untuk mengeliminasi waste misalnya dengan total quality management , total productive maintenance , Kaizen , dan change management . 2. Fokuskan pada SDM yang memberikan nilai tambah , beri perhatian terhadap karyawan yang selalu memperhatikan pentingnya konsep lean dengan selalu melakukan eliminasi kompetisi antar individu atau sekelompok karyawan dalam usaha mengurangi waste dalam melakukan aktivitas sehari hari . 3. Buatlah komitmen bersama untuk semua tingkatan karyawan mulai dari top manajemen sampai karyawan level terendah 4. Optimalkan fungsi organisasi yang terkait dengan penerapan konsep Lean System’ . Berdasarkan riset yang dilakukan di 40 perusahaan di Amerika oleh NIST tahun 2003 diperoleh kesimpulan mengenai beberapa keuntungan dari penerapan konsep Lean yaitu 1. Adanya Perbaikan Operational – Penurunan lead time / cycle time sebesar 90 % – Peningkatan produktivitas sebesar 50 % – Penurunan inventory WIP sebesar 80 % – Perbaikan kualitas sebesar 80 % – Penurunan utilisasi tempat sebesar 75 % 2. Adanya Perbaikan bersifat administratif – Penurunan kesalahan dalam proses penerimaan order MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 51– Peningkatan pelayanan pelanggan – Mengurangi pemakaian kertas dalam perkantoran 3. Perbaikan Strategik – Mengurangi lead time , menurunkan biaya operasional dan perbaikan mutu produk B . TEKNIK DAN METODE LEAN MANUFACTURING 1. CELULLAR MANUFACTURING Celullar manufacturing merupakan konsep yang diimplementasikan dalam sebuah industri manufaktur untuk menerapkan strategi dalam meminimalisasi waste yang dihasilkan dari proses produksi yang dilakukan dengan cara 1. Pengontrolan Work In progress – dalam industri garmen pengontrolan WIP untuk part sebuah garmen dimulai sejak bagian Cutting dimana setiap potongan bagian garmen diproses dengan bundling system. 2. Mengurangi transport dan material handling dengan menyusun tata letak mesin dan SDM yang optimal. 3. Pemanfaatan area dengan lebih effisien , jangan biarkan ada area yang tidak berfungsi terutama di bagian produksi. 4. Pengurangan lead time , terutama leadtime di area produksi yang sering terjadi di beberapa industri garmen . 5. Indentifikasi penyebab defect produk dan penyebab problem mesin diantaranya No Donwtime mesin disebabkan karena 1 Listrik Padam 2 Mesin Rusak 3 Mesin Setting 4 Mencari Jarum Patah dan Pasang Jarum 5 Sambung Benang 6 Tunggu Spare Part 7 Tunggu Mekanik 8 Tunggu Potongan dari Cutting 9 Tunggu Bordir / Printing 11 Tunggu Aksesoris MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 5212 Tunggu dari Sample Room 13 Tunggu Kerjaan dari Proses Sebelumnya 14 Ganti Style 15 Menghadiri Meeting QA dan produksi 16 Masalah Teknis 17 Permak 18 Training dan learning curve untuk model baru 19 Masalah Personal 20 Tunggu Approval / PP Meeting 21 Kurang Operator karena absen 6. Perbaikan secara kontinyu untuk meningkatkan produktivitas perbaikan mutu produk dan analisa penyebabnya untuk mengambil tindakan perbaikan secara tepat. IMPROVEMENT - KAIZEN Merupakan prinsip fundamental dari konsep lean manufacturing atau dalam bahasa jepang KAIZEN menjadi sebuah konsep manajemen yang diterapkan di seluruh juga sebagai pendekatan bertahap secara sistematis , berkelanjutan , dan sesuai dengan pencapaian sasaran. Salah satu alat yang paling efektif dalam perbaikan berkelanjutan adalah konsep 5 S dalam melakukan tahapan pengurangan waste yaitu - Seiri – Short - Ringkas dalam pekerjaan dimana hal yang tidak perlu disingkirkan selama proses sehingga laju material dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi penumpukan .Misalnya penumpukan saat terjadi bottlenecking dalam salah satu operasi di sewing - Seiton – Straighten – Rapi , rapikan kondisi seputar tempat bekerja misalnya di seputaran mesin sewing maupun mesin beri tanda penempatan alat pendukung kerja seperti corong piping , ikat gunting dengan tali dan lain lain. - Seiso – Sweep and clean – Resik , bersihkan area tempat kerja setiap saat misalnya dengan melakukan pembersihan sisa fabrics,debu dan kotoran lain setiap awal 5 menit sebelum kerja dan 5 menit sebelum pulang setiap hari . MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 53- Seiketsu – Systemize – Rawat , lakukan usaha tersebut diatas secara rutin dan jika perlu dilakukan sebuah audit rutin yang melibatkan manajemen dalam mengontrol dan mengawasi usaha yang telah dilakukan karyawan. - Shitsuke – Standardize – Rajin , menyangkut manajemen akuntabilitas dalam melatih seseorang untuk mengikuti segala peraturan yang berhubungan dengan aturan perusahaan yang menyangkut peningkatan kebersihan dan kenyamanan tempat kerja . 5 S merupakan metode yang efektif dalam menciptakan sebuah lingkungan kerja yang ideal dimana lingkungan kerja mempunyai dampak yang sangat besar terhadap mutu dan , kenyamanan dan kesegaran tempat kerja mempunyai pengaruh terhadap motivasi SDM dalam S merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan mentalitas dasar dari pekerja termasuk cara berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan pekerjaan sehari hari serta seikap yang menunjang penerapan sistem manajemen perusahaan . MODUL 1 – PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI GARMEN M Riza Radyanto – Management Consultant 54Referrences 1. Hiba Juan Carlos β€œ Improving Working Conditions and Productivity in The Garment Industry β€œ.1998 2. Bunda Misra,Radyanto Riza β€œ Industrial Engineering Training for Garment Manufacturing β€œ, Tahun 2003. 3. Radyanto Riza β€œ HPB Consulting Report for Apparel Industry β€œ, Tahun 2004-2005 4. Schroeder Roger G β€œ Operations Management – Decision Making in the operations function β€œ 3 rd ed , 1989. 5. Elsayed & Boucher β€œ Analysis and Control of Production System β€œ. 6. download November 2007 7. Kilpatrick , Jerry , Lean Principles Utah Manfufacturing Extension Partnership,NIST Extension Partnership 2003 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Working Conditions and Productivity in The Garment IndustryCarlos Hiba JuanHiba Juan Carlos " Improving Working Conditions and Productivity in The Garment Industry ".1998Industrial Engineering Training for Garment ManufacturingBunda MisraRadyanto RizaBunda Misra,Radyanto Riza " Industrial Engineering Training for Garment Manufacturing ", Tahun Consulting Report for Apparel IndustryRadyanto RizaRadyanto Riza " HPB Consulting Report for Apparel Industry ", Tahun 2004-2005Lean Principles 'Utah Manfufacturing Extension PartnershipJerry KilpatrickKilpatrick, Jerry, ' Lean Principles 'Utah Manfufacturing Extension Partnership,NIST Extension Partnership 2003

mesin jahit bagi yang digunakan di industri garmen merupakan